Lingkungan dengan Dasar Komunikasi Hangat
Lingkungan dengan Dasar Komunikasi Hangat merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 26 Rabiul Akhir 1446 H / 29 Oktober 2024 M.
Kajian Tentang Lingkungan dengan Dasar Komunikasi Hangat
Komunikasi idealnya berjalan dua arah, baik dari anak maupun orang tua, dan ini perlu dibangun dalam suasana yang nyaman dan hangat agar bisa menghadirkan kebahagiaan. Suasana ini sangat penting sebagai dasar dalam membangun komunikasi. Lingkungan yang dibangun di atas komunikasi hangat akan menciptakan suasana yang nyaman bagi anak dan juga bagi orang tua.
Lingkungan yang positif memungkinkan anak atau remaja untuk mengungkapkan perasaan mereka dengan bebas dan mendiskusikan hal-hal yang mereka anggap salah atau yang perlu diluruskan. Dengan demikian, komunikasi dua arah menjadi pondasi utama dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak.
Salah satu kekeliruan yang sering terjadi dalam interaksi adalah orang tua yang mendominasi percakapan, tidak memberi kesempatan bagi anak untuk berbicara. Setiap kali anak mencoba berbicara, langsung dipotong atau dibungkam. Padahal, seperti yang telah disebutkan, kita tidak akan dapat memahami orang lain jika tidak mau mendengarkan.
Sangat tidak menyenangkan apabila seseorang selalu mendominasi pembicaraan tanpa memberi kesempatan pada orang lain untuk berpendapat. Dalam berinteraksi, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun memberikan contoh: beliau mendengarkan dan berbicara secara seimbang. Ada orang yang dinilai sombong karena selalu ingin dia yang berbicara, dan tidak mau mendengarkan pendapat orang lain.
Dalam berinteraksi, perlu ada keseimbangan, take and give. Ada saatnya untuk berbicara, ada saatnya untuk mendengarkan. Namun, sebagian orang memiliki kebiasaan buruk, seperti terus berbicara dalam suatu majelis, memotong pembicaraan orang lain, bahkan membawa kebiasaan itu ke lingkungan rumah. Anak-anak, misalnya, sering kali tidak diberi kesempatan berbicara, terus-menerus dibungkam.
Nabi Ibrahim memberikan contoh ketika ia membiarkan Nabi Ismail menyampaikan pendapat mengenai perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini menunjukkan pentingnya mendengarkan, terlebih lagi bagi seorang kepala keluarga. Sebagai pemimpin, seorang ayah atau kepala keluarga harus siap mendengarkan pendapat istri dan anak-anaknya, memberi mereka kesempatan untuk berbicara.
Sayangnya, sering kali kepala keluarga justru mendominasi pembicaraan, tidak memberi ruang bagi anggota keluarga untuk berpendapat. Ketika anak atau istri hendak berbicara, baru sepatah kata saja langsung dipotong dan diperintah untuk diam, seperti, “Kamu jangan banyak bicara, dengar saja!” Sikap ini mencerminkan arogansi dan tidak dicontohkan oleh para nabi. Sifat ini, dalam interaksi keluarga, bukanlah sesuatu yang baik.
Sebagai seorang kepala keluarga, kita perlu mendengarkan agar dapat memahami anak dan istri. Jangan terkejut jika anak dan istri kemudian mencari orang lain yang bersedia mendengarkan mereka, atau “curhat” kepada orang lain. Banyak terjadi istri yang akhirnya berbicara kepada orang lain, entah itu ustadz atau seseorang yang dianggap bisa mendengarkan. Hal ini bisa terjadi karena di rumah mereka merasa tidak memiliki tempat untuk didengarkan.
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download mp3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54654-lingkungan-dengan-dasar-komunikasi-hangat/